Suramadunews.com, BANGKALAN – Setelah seminggu yang lalu tepatnya pada 16 Februari kemaren para Ulama yang tergabung dalam Badan Silaturrahmi Ulama Pesantren Madura ( BASSRA ) mengadakan pertemuan di Pon Pes Ibnu Cholil Bangkalan yg diasuh oleh KH Imam Buchori Cholil yg merupakan Ketua BASSRA Korda Bangkalan, maka untuk menindaklanjuti beberapa poin yang disepakati, BASSRA kembali menggelar Pertemuan pada Selasa 23 Februari 2021 bertempat di salah satu rumah makan yang berlokasi di Kawasan Akses Suramadu Bangkalan.
Pertemuan kali ini dikemas dengan Silaturahmi antara BASSRA (Badan Silaturrahmi Ulama Pesantren Madura) Bersama Pengurus MU (Madura Urban) itu diikuti beberapa ulama dan tokoh.
Dari pihak BASSRA hadir KH Drs. Syafik Rofi’i Mewakili Koodinator Pusat, Dr. KH Fauzi Tijani mewakili Korda Sumenep, KH Mukhdor mewakili Korda Pamekasan, KH Muhammad Aunun Syah mewakili Korda Sampang. sedangkan yg mewakili Korda Bangkalan adalah KH Makki Nashir MAg. dan Jubir BASSRA Bangkalan KH Ahmad Ali Ridho.
Sementara dari Pengurus MU tampak hadir KH Zainuddin Husni SH, MM dan RPA. Drs. KH. Mujahid Anshori selaku Ketua dan Sekretaris Dewan Pembina MU. Serta H Arifin Hamid SAg, selaku Ketua Umum, yang kesemuanya merupakan tokoh madura berdomisili di Surabaya.
Selain membahas Perkembangan Pembangunan Pulau Madura kini dan nanti, hal yang paling utama jadi topik pembahasan dalam diskusi tersebut adalah perkembangan terakhir situasi di Kutai Kalimantan Timur. Dimana baru-baru ini telah terjadi situasi yang cukup memanas, akibat peristiwa pembunuhan yang pelakunya kebetulan warga keturunan Madura.
“Dari pantauan terhadap upaya perdamaian antar pihak-pihak terkait, BASSRA menilai belum sepenuhnya bisa dikatakan berjalan efektif dan paripurna sehingga masih dikhawatirkan sewaktu-waktu bisa memanas lagi,” kata Kiai Mukhdor, mengawali pembahasan issu Kaltim tersebut.
Sementara Kiai Syafik Rofi’i menegaskan sesuai amanat dari pertemuan sebelumnya, BASSRA akan bergerak proaktif memantau dan membantu semaksimal mungkin setiap upaya rekonsiliasi, diantaranya dengan mengadakan pertemuan seperti ini.
“BASSRA berharap dari pertemuan ini bisa mendapat masukan dari para tokoh-tokoh madura, terutama yang ada dalam organisasi MU tentang langkah rekonsiliasi yang bisa dilakukan di Kaltim agar berjalan tuntas dan menyeluruh,” papar KH Syafik.
Selanjutnya Kiai Mujahid Ansori mengemukakan rasa keprihatinan yang mendalam sekaligus keheranannya. Kenapa setiap terjadi kekerasan terhadap orang lain yang dilakukan warga keturunan madura hampir selalu berubah menjadi Gesekan Komunal atau menjadi Issu yang berbau SARA. Padahal perbuatan kriminal itu pelakunya bisa terjadi dari warga keturunan atau suku apapun.
“Kalau kemudian hal seperti itu hampir selalu jadi pemicu kerusuhan antar suku madura dengan suku lain, saya rasa ada hal mendasar yang perlu kita luruskan dan urai bersama, termasuk kemungkinan kurangnya warga keturunan madura di satu daerah dalam melakukan akulturasi dengan budaya setempat,” jelas kiai Mujahid yang diamini oleh para ulama dan tokoh yang hadir.
Bahkan Kiai Makki Nashir menambahkan, kejadian ini harus dijadikan momentum pembinaan dan pencerahan kepada semua warga keturunan madura yang hidup dan berdomisili di luar madura.
“Ulama dan tokoh madura harus mampu mengambil hikmah dari semua ini, agar kita bisa berkontribusi besar dalam melestarikan kerukunan dan persatuan nasional,” tegas Ketua PCNU Bangkalan ini.
Di akhir Pembicaraan Kiai Fauzi Tijani yang juga merupakan Pengasuh PP Al-Amin Sumenep mewakili para tokoh BASSRA, dan Kiai Zainuddin Husni Pengasuh PP Tanwirul-Qulub Surabaya Mewakili Pengurus MU, menyampaikan 5 ( lima ) poin himbauan dan harapan dari segenap Ulama dan Tokoh Madura, kepada Warga keturunan Madura terutama yang berada di Kaltim dan kepada pemerintah pusat maupun daerah selaku pemangku kebijakan.
Pertama agar warga keturunan Madura berperan aktif dalam ikut mejaga kerukunan dengan semua suku bangsa yang lain, terutama dengan suku bangsa asli tempat di mana warga keturunan madura tinggal.
Kedua agar warga keturunan madura yang hidup di luar madura, selalu menjaga keseimbangan antara semangat melestarikan adat istiadat dan jati diri madura dengan menghormati adat istiadat warga asli setempat, sehingga Falsafah Leluhur Bangsa kita yang berbunyi “Di mana Bumi dipijak disitu Langit dijunjung” semakin terejawantahkan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Ketiga agar warga keturunan Madura meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum dan semua Peraturan/Perundangan yang berlaku.
Keempat agar warga keturunan Madura lebih lagi menunjukkan rasa memiliki terhadap daerah di mana mereka tinggal, dengan selalu proaktif ikut menjaga keamanan dan ketertibannya, ikut andil di dalam majukannya dan peduli terhadap setiap persoalan yang dihadapi, sehingga tidak mudah timbul kecemburuan sosial dengan waga masyarakat lainnya terutama dengan suku asli setempat.
Kelima berharap kepada pihak pemerintah agar senantiasa hadir dan semakin peka dalam mengurai setiap potensi konflik yang masih sering terjadi antar sesama anak bangsa, sehingga dapat meminimalisir konflik sekaligus menyelesaikannya secara tuntas sampai ke akar permasalahan.
Tak kalah pentingnya BASSRA pun kembali menegaskan akan terus mengikuti, mengawal dan berperan aktif dalam semua upaya memajukan masyarakat Madura baik yang ada di Madura sendiri, maupun yang telah menjadi warga daerah lain di seluruh Indonesia dengan tetap menjunjung tinggi kearifan lokal. (Lam)