Sekolah Islam Diminta Mengadaptasi Diri Dengan Tuntutan Era Digital
Suramadunews.com, SURABAYA – Pendidikan Islam pada era milenial masih mendapat tantangan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman digital. Di era industri 4.0 lembaga-lembaga pendidikan Islam menghadapi tekanan globalisasi yang semakin kuat, di antaranya laju perkembangan teknologi dan perubahan sosial.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI, Muhammad Ali Ramdhani. “Para santri dan pelajar yang berbasis pesantren harus terus menjadi manusia pembelajar yang mampu merespon isu-isu dan kebutuhan kekinian,” ucapnya saat memberikan sambutan pada wisuda perdana Insititut Pesantren KH. Abdul Chalim (IKHAC), Pacet, Mojokerto, Jawa Timur, Ahad (30/8/2020).
Institusi pendidikan Islam itu luas, meliputi madrasah, pesantren, dan perguruan tinggi. Ramdhani mengingatkan agar semua institusi itu adaptatif pada dinamika kekinian. “Pendidikan Islam jangan terlalu dalam mengenang zaman keemasan dan romantisme sejarah masa lalu,” tambahnya.
IKHAC adalah perguruan tinggi keislaman yang dinanungi oleh Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Mojokerto, Jawa Timur. Dalam wisuda kali ini, IKHAC menyematkan gelar sarjana S1 bagi 460 wisudawan, termasuk sembilan mahasiswa asal luar negeri, seperti Afganistan, Thailand, Malaysia dan negara Asia lainnya.
Pengasuh dan pendiri Pesantren Amanatul Ummah, KH. Asep Abdul Chalim berpesan agar para wisudawan menjadi sosok yang mandiri dan siap menyongsong era digital. Para Alumni, selain dibekali penguatan mental spiritual, juga sudah dibekali ilmu-ilmu terapan yang siap dipakai untuk bekal hidup di era industri 4.0, seperti akutansi, teknologi informasi, bahasa Arab dan bahasa Inggris.
“Saya kira lulusan sini sudah membawa cukup bekal untuk berkiprah di tengah-tengah masyarakat dan juga siap menjadi enterpreneur,” katanya. Berbagai kompetensi itulah yang menurutnya menjadi aspek keunggulan IKHAC yang didisain menjadi World Class University. (Lam)